Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

KonSep Dasar RT/RW Net

NaH aKhiR'a JaDi JuGa PosTingaN Saya TenTaNg RT/RW Net Ini, ArtiKel Ini MemBahAs TenTang KonSep DasAr RT/RW Net...LanGsUng Ja Dah Ntar Ke BuRu BoSeN lgE...

Internet murah yang dikembangkan dengan konsep RT/RW Net ternyata tidak sebatas untuk saling berinternetan. Teknologi murah ini juga bisa digunakan untuk membangun jalur telepon warga bersama.Mempunyai akses internet bersama dalam lingkungan tempat tinggal kita atau yang lebih dikenal dengan jaringan RT/RW Net merupakan solusi bagi kita untuk mendapatkan koneksi internet dengan biaya yang relatif murah. Pada prinsipnya jaringan ini sama seperti halnya dengan Local Area Network (LAN).Hanya saja komputer yang dihubungkan tidaklah berdekatan, tetapi komputer-komputer dalam satu area perumahan. Selanjutnya, bagaimana jika kita mengembangkan jaringan ini sebagai sarana komunikasi?Akan menjadi solusi komunikasi yang murah dan bahkan gratis.

Instalasi jaringan RT/RW Net yang paling murah adalah dengan menggunakan kabel UTP dengan rentangan maksimum 100 meter, di mana di setiap titik digunakan switch ethernet untuk menguatkan sinyal sehingga dapat mencapai jarak yang lebih jauh. Kabel yang sudah terpasang ini dapat dimanfaatkan untuk penyambungan pesawat telepon biasa melalui perangkat bernama analog PBX yang berfungsi untuk menambah saluran telepon dan perangkatnya.Kabel UTP yang digunakan adalah Category 5 (RJ-45) yang terdiri dari delapan kabel berwarna-warni, dengan hanya empat kabel yang digunakan untuk keperluan jaringan komputer. Sementara dua pasang kabel yang tersisa biasanya dipakai untuk kontrol dalam satu jaringan PBX dan catu daya perangkat tambahan. Selanjutnya kita dapat memanfaatkan empat kabel tersebut untuk disambung ke pesawat telepon biasa, tepatnya digunakan dua kabel untuk disambung ke PBX dan kabel RJ-45 yang berwarna biru dan biru-putih dikeluarkan dari konektor RJ-45, lalu disambung ke RJ-11. Dua kabel ini dapat jalan di jaringan kabel UTP selama belum melewati switch Ethernet, karena setelah melewati switch Ethernet, sinyal dari PBX-nya sudah tidak dapat diteruskan lagi.

Dengan membangun jaringan seperti ini, kita sudah memiliki satu jaringan telepon di perumahan, di mana masing-masing tetangga dapat berkomunikasi dengan bebas tanpa perlu menggunakan telepon reguler dan tentu saja gratis. Selain itu, jaringan telepon lokal yang sudah tersambung dari rumah ke rumah sebetulnya dapat dimanfaatkan layaknya sebuah wartel, yaitu satu saluran telepon tersambung ke PSTN dan kemudian dimanfaatkan oleh beberapa telepon yang masuk ke extension dari PBX.

Alternatif menggunakan Internet sebetulnya cukup beragam, dan yang paling mudah dan murah yaitu dengan menggunakan saluran telepon. Hanya sayangnya, pihak Telkom tidak berpikir untuk mempermudah dan mempermurah fasilitas ini, walaupun kita sudah melihat produk Telkom seperti Telkomnet Instan yang memudahkan pengguna Internet, tetapi dilihat dari sisi biaya, cukup tinggi dan belum terjangkau oleh banyak lapisan.
Dengan biaya Rp 165,- per menit, satu jam akses ke Telkomnet Instan kita harus membayar sekitar sepuluh ribu Rupiah dan jika rata-rata sehari kita pakai satu jam, dalam satu bulan sudah harus mengeluarkan biaya sekitar tiga ratus ribu. Penggunaan satu jam sehari ini sudah sangat minim, karena kenyataannya pada saat ini aplikasi di Internet masih jarang dan hanya tergantung pada pemakaian e-mail, belum ke Internet banking, belum ke program yang bisa meningkatkan produktifitas serta entertainment yang sudah merambah berbagai negara.
Patokan dua sampai tiga ratus ribu per bulan, diambil dari kemampuan golongan ekonomi menengah untuk bisa mendapatkan pelayanan akses Internet, yang pada akhirnya akan membuat efisien pekerjaan yang dilakukan hari per hari. Jika diberlakukan pembebanan biaya sekitar dua ratus ribu Rupiah per bulan, sebetulnya kita bisa melakukan penghematan dalam banyak hal, misalnya biaya telekomunikasi, seperti SLJJ atau SLI jika kerabat berada di luar negeri, juga kita bisa menghapuskan biaya langganan koran dan majalah, karena informasi ini sudah ada dan bisa dilihat di Internet.
Dari seluruh aspek, nilai tambah mengakses Internet akan lebih terlihat untuk anak didik kita, karena mereka bisa berinteraksi dengan sesamanya yang tidak terbatas pada satu kota atau negara, mereka akan lebih mudah berkomunikasi, bisa lebih sering memanfaatkan kemampuan bahasanya dan yang lebih menarik, mereka bisa mengaktualisasikan dirinya di lingkungan internasional, bukan hanya kelas satu kota saja.
Selain anak-anak, bapak dan ibu juga bisa memanfaatkan akses Internet 24 jam, 365 hari setahun dengan lebih leluasa, tidak perlu memikirkan biaya yang akan membengkak secara tiba-tiba. Mereka bisa dengan leluasa memeriksa uang di bank-nya, melakukan transaksi pada perusahaan yang memang membutuhkan akses Internet. Untuk mengisi waktu luang, seluruh isi rumah dapat memanfaatkan jaringan Internet untuk main games atau chatting.Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menggalang tetangga untuk ikut membangun RT-RW-Net.Kesulitan utama pembangunan RT-RW-Net adalah jumlah orang (peserta RT-RW-Net) yang tidak bisa kita pastikan, terkadang ada tetangga yang begitu bernapsu untuk nyambung ke Internet dengan jaringan RT-RW-Net, tapi pada saat diminta uangnya, yang bersangkutan pura-pura tidak mengerti.Demikian juga rumah-rumah yang tidak ditempati, karena hanya untuk investasi saja atau hanya untuk ditingali sekali-sekali.
Pemikiran untuk membangun mulai dari 6 rumah adalah dari segi ke praktisan, karena dengan 6 rumah biaya yang harus ditanggung kira-kira : membeli switch atau hub 8 port untuk menyebarkan sinyal Internet harganya sekitar 400 ribu Rupiah, lalu 6 kali kabel sepanjang 30 meter (rata-rata setiap rumah), bisa juga kita beli satu gulung untuk 300 meter, harganya sekitar 400 ribu Rupiah juga. Konektor dan pipa paralon untuk mencegah dari hujan dan matahari ditambah ongkos pasang membutuhkan biaya sekitar 1,5 juta Rupiah, lalu setiap rumah membutuhkan ethernet card yaitu kartu tambahan yang dipasang di komputer untuk mengakses jaringan Internet, totalnya sekitar 400 ribu Rupiah.
Langkah berikutnya adalah mencari akses ke ISP terdekat, baik dengan menggunakan kabel maupun teknologi nirkabel yang lebih murah. Kalau menggunakan kabel, pilihannya hanya sedikit, yaitu menggunakan dial-up telepon biasa yang bisa membengkak setiap saat atau kalau kita tinggal di Jakarta dan sekitarnya.Telkom menyediakan saluran ADSL dengan biaya bulanan sekitar 4,5 juta Rupiah.Kalau kita menggunakan teknologi nirkabel, biaya untuk membeli perangkat nirkabel sekitar 8 juta Rupiah sepasang, dan nilai ini masih harus ditambah dengan pembangunan tower jika memang diperlukan. Ambil saja kita cadangkan 2 juta untuk membangun tower, maka jumlah totalnya menjadi 13 juta Rupiah dan jika dibagi dengan enam rumah, masing-masing harus mengeluarkan biaya sekitar 2,2 juta Rupiah.
Akses ke ISP per bulan biasanya 4 juta Rupiah untuk 64Kbps, maka setiap bulan setiap rumah harus membayar sekitar 700 ribu Rupiah.Jumlah ini akan bisa turun jika pesertanya semakin banyak, karena perangkat nirkabel bisa dibeli sekali saja, sementara setiap bulan iurannya dibayar atas jumlah anggotanya.Dengan kecepatan 64Kbps dari ISP, secara teoritis bisa melayani 15 komputer, dengan asumsi per komputernya mendapat kecepatan sekitar 4,3Kbps, jauh lebih cepat ketimbang menggunakan dial-up telepon biasa. Angka 4,3Kbps bisa bervariasi, tergantung beban pemakaian, karena kalau ke lima belas komputer semuanya mengakses Internet pada saat yang bersamaan, pasti kecepatannya menjadi lambat, sementara kalau rata-rata per satu saat hanya lima komputer yang mengakses Internet, maka kecepatan rata-rata adalah 13Kbps.
Untuk menyambung ke ISP, penyedia jasa Internet, kita punya beberapa pilihan, misalnya kita bisa menggunakan modem ADSL dengan biaya sekitar 3 juta per bulan, atau bisa menggunakan teknologi wireless yang lebih murah karena tidak perlu membayar langganan pemakaian sirkuit dari PT Telkom. Jika menggunakan ADSL, kita harus memeriksa kemungkinan pemasangan jaringan ADSL ke Telkom, kemudian membeli modem ADSL dan setelah selesai memasang modem kita bisa mulai membangun RT-RW-Net untuk disambung ke tetangga. Teknologi ADSL memungkinkan kita tetap menggunakan saluran telepon atau menelpon pada saat kita sedang mengakses Internet.

Teknologi Jaringan RT/RW Net

Ada 2 teknologi jaringan yang akan digunakan dalam implementasi RT/RW Net di lingkungan Anda, yaitu:

  • Teknologi Wireless Wi-Fi

  • Teknologi Jaringan Kabel UTP

Masing-masing teknologi mempunyai kelemahan dan kekurangannya.Tentunya dengan beberapa pertimbangan-pertimbangan teknisnya.Jika anda tertarik dengan teknologi ini coba baca artikel ini.

TEKNOLOGI WIRELESS WI-FI

Teknologi yang digunakan dalam solusi RT/RW Net ini adalah teknologi “Wireless Wi-Fi “ dengan standar IEEE 802.11b/g yang beroperasi pada frekuensi 2.4GHz dengan kecepatan transfer data 11Mbps/54Mbps maksimum.

Keuntungan penggunaan teknologi ”Wireless Wi-Fi” ini adalah:

  1. Perangkat wireless untuk teknologi wireless Wi-Fi ini sudah umum digunakan dan harganya sudah menjadi relatif murah.

  2. Sebagian besar notebook tipe terbaru sudah dilengkapi dengan perangkat network wireless dengan teknologi Wi-Fi ini.

  3. Area jangkauan yang lebih fleksible dikarenakan tidak dibatasi oleh jaringan distribusi seperti bila menggunakan kabel UTP maupun fiber optic. Secara teoritis dengan daya pancar 100mW sudah dapat menjangkau area (berbentuk lingkaran) 1 - 2 km didukung dengan tinggi tower yang memadai.

  4. Ditinjau dari sisi investasi jauh lebih murah untuk menjangkau area yang besar dibandingkan solusi kabel.

  5. Biaya pemeliharaan yang relatif murah dikarenakan tidak ada perangkat atau jalur jaringan yang berada pada area publik/umum dimana potensi kerusakan atau kehilangan alat lebih besar dibandingkan dengan solusi kabel UTP.

  6. Teknologi Wi-Fi sangat pesat perkembanganya sehingga investasi ke depan akan lebih murah dengan perangkat yang berkecepatan lebih tinggi dan menjangkau area lebih luas.

Kekurangan penggunaan teknologi ”Wireless Wi-Fi” ini adalah:

  1. Harus ada peralatan wireless yang dinstalasi pada sisi user sebagai penerima/pengirim sinyal balik. Namun biaya investasi ini bisa sedikit ditekan dengan memberikan tambahan biaya instalasi pada user yang akan menggunakan jasa ini pertama kali atau bila perlu user akan membayar seluruh biaya perangkat wireless tersebut. Sedangkan solusi kabel UTP hanya perlu melakukan instalasi kabel hingga mencapai titik computer user, tanpa peralatan tambahan.

  2. kecepatan transfer data yang didapat relatif kecil 1-54Mbps dibandingkan kabel UTP 10-100Mbps. Namun untuk keperluan koneksi internet kecepatan 1Mbps sudah sangat memadai dan masih cukup untuk digunakan layanan lainya seperti VoIP, web camera, dll.

TEKNOLOGI KABEL UTP

Selain dengan menggunakan teknologi “Wireless Wi-Fi “ kami juga menggunakan teknologi Jaringan Kabel UTP. Teknologi ini memiliki standar kecepatan yang lebih tinggi yaitu 100Mbps

Keuntungan penggunaan teknologi ”Jaringan Kabel UTP” ini adalah:

  1. Investasi pad sisi pelanggan lebih murah

  2. Kecepatan transmisi data lebih tinggi dibanding Wi-FI (10-100Mbps)

  3. Aplikasi yang dimanfaatkan bisa lebih banyak dikarenakan bandwidthnya yang tinggi (gameonline, file sharing, video streaming, dll)

  4. Tidak rentan terhadap penyadapan data dibanding teknologi wireless

Kekurangan penggunaan teknologi ”Jaringan Kabel UTP” ini adalah:

  1. Rentan terhadap gangguan petir namun dapat dikurangi dengan penggunaan surge protector.

  2. Kemungkinan gangguan atau kerusakan lebih tinggi karena melalui area publik.

  3. Biaya pemeliharaan relatif tinggi karena harus dipersiapkan untuk penggatian switch atau kabel yang rusak.


Kesulitan utama pembangunan jaringan RT-RW-Net ini adalah jumlah pelanggannya yang masih terlalu sedikit, sehingga hasil iurannya belum bisa menutupi biaya operasi keseluruhan. Satu saluran Internet dengan kecepatan 64Kbps yang hanya bisa dipakai oleh 10 komputer, harganya sekitar empat juta Rupiah setiap bulannya. Jika jumlah pemakainya belum mencapai 10 pelanggan, maka jumlah biaya gotong royong yang harus ditanggung bisa lebih mahal dari empat ratus ribu sebulan, sementara kalau lebih dari 10 mau tidak mau ada masalah dengan kecepatan aksesnya. Mau tidak mau memang kita harus mengambil resiko, yaitu dengan memperbesar rasio dari pengguna, supaya biayanya menjadi murah. Jika pelanggan atau pemakainya bertambah, maka rasionya bisa lebih ditingkatkan, karena kemungkinan untuk semua yang mengakses Internet secara bersamaan memang kecil sekali, sama seperti penggunaan saluran telepon yang menerapkan juga teknik sharing pemakaian jaringannya.

Postingan Lebih Baru Beranda